Senin, 13 Juli 2009

"Rehabilitasi Longsor, Konservasi Alam, dan Lowongan Kerja"

1.Mengenal Tanah Longsor

Pengertian tanah Longsor adalah terjadinya pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur, umumnya terjadi didaerah terjal yang tidak stabil. Bencana ini biasanya diperburuk lagi pada musim hujan dan terjadinya banjir yang menyusul kemudian. Areal yang berbukit, curam dan tanpa tumbuhan (akibat penebangan atau kebakaran) adalah daerah-daerah yang rawan akan kemungkinan bencana ini.

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Air hujan adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor. Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendalikan. Selain tanahnya mudah bergerak, ada juga terdapat lapisan (tanah) lempung. Tidak hanya di Karanganyar, beberapa daerah lainnya di Jateng juga termasuk rawan longsor, seperti Kebumen. Kondisi tanah di wilayah itu mudah bergerak jika terus menerus diguyur hujan.

2.Tipe Gerakan Longsor : runtuh, meluncur, menyebar secara lateral, mengalir, dan kompleks.

3.Material yang bergerak : batuan dasar, lapisan tanah

4.Wilayah-wilayah rawan tanah longsor
•Pernah terjadi bencana tanah longsor diwilayah tersebut
•Berada pada daerah yang terjal dan gundul
•Merupakan daerah aliran air hujan

5.Gejala umum tanah Longsor
•Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
•Muncul mata air secara tiba-tiba
•Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
•Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan

Waspada: Material yang terbawa pada saat terjadinya tanah longsor selain tanah, juga bisa berupa bebatuan dan lumpur. Kecepatan luncuran tanah longsor, terutama pada posisi yang terjal, bisa mencapai 75 km/jam.

6.Kondisi Saat Ini
•Pada 2007: Ada 11 provinsi berpotensi longsor dan banjir bandang.
•Ada 780 titik rawan longsor di Pulau Jawa tersebar pada 5.075 desa di 69 kabupaten.
•Dari tahun 2003 hingga tahun 2008, titik rawan bencana tanah longsor potensi tinggi di Jawa Tengah meningkat, dari 97 kecamatan di enam kabupaten menjadi 120 kecamatan di kabupaten yang sama. Memasuki musim hujan, proses longsor akan semakin mudah terjadi dengan curah hujan dan intensitas turunnya hujan yang tinggi.
•Peneliti dari Pusat Studi Geologi Bandung, Jawa Barat Sutikno Bronto mengatakan, curah hujan di Jawa Tengah rata-rata tergolong tinggi sehingga akan sangat berpengaruh pada gerakan tanah. Tetapi, Sukinto menyampaikan, bencana tanah longsor tidak hanya disebabkan oleh fenomena alam saja. Beberapa wilayah lain yang harus diwaspadai saat ini adalah wilayah pemukiman di tanah miring yang tidak memperhitungkan keamanan, lalu pemotongan tebing jalan yang curam.
•Kondisi lingkungan kita memang sudah rusak akibat salah urus dan salah penataan ruang sejak lama. Ruang, termasuk hutan dan alam, hanya dijadikan sebagai materi atau objek ekonomi untuk dieksploitasi. Bukan sebagai subjek yang punya ruh dan layak hidup bersama manusia. Secara alamiah, 83 persen wilayah Indonesia termasuk kawasan rawan bencana, seperti kebakaran, gempa, banjir, longsor, dan kekeringan.

7.Penyebab Terjadinya Longsor
•Kondisi alam yang rawan, perilaku negatif warga dan pemerintah terhadap alam
•Tidak adanya pengetahuan kebencanaan yang memadai
•Tidak ada dana pencegahan yang cukup
•Hubungan bencana longsor dengan kemiskinan sangat kuat. Longsor yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, umumnya disebabkan oleh kemiskinan.
•Lahan yang begitu luas dikuasai oleh orang lain. Perhutani misalnya, menguasai 76 persen dari 2,5 juta hektar lahan hutan dan perkebunan.

8.Cara-cara Menghindari Korban Jiwa & Harta Akibat Tanah Longsor
•Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan.
•Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun.
•Membuat Peta Bencana
•Melakukan deteksi dini sebelum terjadi bencana
•Peringatan dini dengan memasang patok-patok pemantau gerakan tanah pada lokasi-lokasi yang dinyatakan rawan longsor, mencermati munculnya retakan-retakan pada lokasi berlereng, serta menyiapkan tanda bahaya.
•Melandaikan lereng curam dengan pembuatan terasering, menutup dan memadatkan retakan-retakan tanah pada medan berlereng, menutup atau memindahkan aliran air yang menuju ke lereng, serta membuat penahan pada tebing dan kaki lereng yang curam.

9.Faktor Kegagalan
1)Kondisi lingkungan kita memang sudah rusak akibat salah urus dan salah penataan ruang sejak lama. Ruang, termasuk hutan dan alam, hanya dijadikan sebagai materi atau objek ekonomi untuk dieksploitasi. Bukan sebagai subjek yang punya ruh dan layak hidup bersama manusia. Secara alamiah, 83 persen wilayah Indonesia termasuk kawasan rawan bencana, seperti kebakaran, gempa, banjir, longsor, dan kekeringan.
2)Hubungan bencana longsor dengan kemiskinan sangat kuat. Longsor yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, umumnya disebabkan oleh kemiskinan.
3)Banyak komunitas miskin di pinggir hutan terpaksa memenuhi kebutuhan hidupnya dari menebang kayu atau bambu di dalam hutan. Sebagian untuk kayu bakar, sebagian lagi dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka sadar, menebangi pohon apalagi merusak hutan bisa menyebabkan longsor dan banjir. Tetapi mereka tetap melakukan itu karena tidak punya pilihan lain untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan negara tidak membantu memenuhi kebutuhan mereka.
4)Kondisi alam yang rawan, perilaku negatif warga dan pemerintah terhadap alam
5)Tidak adanya pengetahuan kebencanaan yang memadai
6)Tidak ada dana pencegahan yang cukup
7)Lahan yang begitu luas dikuasai oleh orang lain. Perhutani misalnya, menguasai 76 persen dari 2,5 juta hektar lahan hutan dan perkebunan.

10.Faktor Kelayakan
Prinsip utama adalah memberdayakan masyarakat lokal (membuka lapangan kerja baru) dalam upaya pencegahan terjadinya bencana tanah longsor
• Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti bambu, akar wangi, lamtoro dan sebagainya, pada lereng-lereng yang gundul
• Membuat/membangun saluran air hujan
• Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal
• Memeriksa keadaan tanah secara berkala
• Mengukur tingkat kederasan hujan
• Tidak menebang atau merusak hutan

11.Faktor Keberhasilan
Mengingat rehabilitasi tanah longsor memerlukan penanganan (manajemen) yang efektif, efisien, dan hasil yang terukur, maka prinsip dasarnya adalah:
 memberdayakan masyarakat lokal. Selain membuka lapangan kerja massal, juga membangun ‘sence of belonging’ rakyat lokal untuk tetap merawat.
 pemilahan pohon jenis bambu sebagai bahan utama mengatasi lahan/tanah longsor
Mengapa tanaman bambu? Karena pohon bambu sebagai tanaman multi-guna. Bisa dipakai untuk kebutuhan hidup sehari-hari, sebagai alat konservasi alam dan juga penahan longsor.

Inilah uraian azas manfaat dan keunggulan tanaman bambu.
1)Bambu banyak digunakan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari meliputi kebutuhan pangan, rumah tangga, kerajinan (cinderamata, mebel, tas, topi, kotak serba guna, hingga alat music), konstruksi dan adat istiadat. Bambu memiliki multi fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk manusia (Rebung), binatang (pucuk daun muda), serta konstruksi untuk pembuatan jembatan, aneka sekat, konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap. Kebutuhan adat istiadat bambu digunakan dalam upacara adat hindu dan budha diantaranya untuk upacara kremasi jenazah.

2)Di beberapa negara Asia diantaranya china, menggunakan bambu sebagai tanaman utama konservasi alam, memperbaiki dan meningkat sumber tangkapan air. Manfaatnya, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah. Selain pertimbangan budaya dan meningkatkan ekonomi masyarakat, melalui aneka kerajinan serta kebutuhan konstruksi.

3)Tanaman bambu mudah ditanam, tidak membutuhkan perawatan khusus. Dapat tumbuh pada semua jenis tanah (baik lahan basah/kering), tidak membutuhkan investasi besar, pertumbuhannya cepat. Setelah tanaman mantap (3 – 5 tahun) dapat di panen setiap tahun, tanpa merusak rumpun dan memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam dan kebakaran. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik dan menghasilkan banyak oksigen, sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan pembatas jalan raya.

4)Untuk konservasi alam sangat efektif untuk reboisasi wilayah hutan terbuka atau gundul akibat penebangan. Karena pertumbuhan rumpun bambu sangat cepat dan toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi.

5)Masyarakat Bali Desa Pakraman Angseri, telah sukses menggunakan bambu sebagai tanaman hutan rakyat seluas 12 ha. Ternyata telah membantu menjaga dan memulihkan aliran air bawah tanah dan mata air panas, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan bambu untuk usaha kerajinan, dan menunjang kehidupan komunitas kera untuk dijadikan sebagai tempat wisata (Sumatera dan Peneng, 2005).

6)Bambu Center Pusat Studi Ilmu Teknik UGM melalui program Magister Teknologi Bahan Bangunan dan Perhimpunan Pecinta Bambu Indonesia (Perbindo) Yogyakarta, telah melakukan berbagai penelitian untuk memanfaatkan bambu dalam konstruksi bangunan bagi wilayah-wilayah rawan gempa dan bencana alam. Selain itu telah dilakukan pula pemanfaatan teknologi pengolahan bamboo, melalui metoda pengawetan untuk meningkatkan nilai pakai bambu, membuat balok bambu untuk tiang bangunan dan kuda-kuda, papan laminasi, papan panel dan atap bambu.

Kesimpulannya, kami menggunakan bambu sebagai tanaman untuk penghijauan, karena memiliki pertumbuhan sangat cepat, investasi kecil, tidak membutuhkan perawatan khusus, dalam usia 3 – 5 tahun telah memperoleh pertumbuhan mantap dan dapat dipanen setiap tahun. Selain itu dapat dilakukan penanaman campuran secara silang dengan tanaman berkayu (pohon) untuk tujuan pemulihan fungsi hutan kembali dalam jangka pendek.

12.Metodologi
Contoh kasus: Kabupaten Cilacap masih menempati urutan pertama daftar daerah rawan bencana di Provinsi Jateng. Sebab, luas daerah rawan bencana di kabupaten itu hampir mencapai 90% dari luas wilayah keseluruhan, yakni 225.360,84 hektare atau ± 2.200 km2.

Merehabilitasi tanah longsor untuk satu kabupaten (Cilacap) saja dapat membuka lapangan kerja untuk 180.000 rakyat untuk masa kerja 40 hari. Pendanaan bersumber dari APBN, APBD, Corporate Social Responsibility (CSR), dan Corporate Efective Responsibility (CER).

OUTPUT (Keuntungan ekologi dan ekonomi)
1.Penyelamatan lahan dan tanah seluas 225 ribu ha atau 2.200 km2
2.Kesuburan lahan dan tersedianya sumber air yang cukup besar di Kab. Cilacap
3.Dalam waktu 4-5 tahun, tanaman bambu dapat sebagai sumber daya ekonomi yang besar bagi rakyat di Kab. Cilacap
4.Bertambahnya jumlah lowongan kerja
5.Berkembangnya kluster-kluster ekonomi kerakyatan yang kreatif berbasiskan bambu
6.Bertumbuhnya mobilisasi ekonomi rakyat
7.Bertambahnya pendapatan rakyat
8.Bertumbuhnya kesadaran lingkungan dan kearifan lokal rakyat di Kab. Cilacap
9.Jumlah dana yang dikeluarkan masih lebih menguntungkan dibanding dengan kerugian ekonomi dan kehancuran ekologi yang diakibatkan oleh tanah/lahan longsor

Jakarta, 2 Juli 2009

Salam takzim
Penggagas Metoda Teknis

MUNANDAR dan Muhammad Syarif Ali Maulana
Alamat Kantor: LIPI, Jalan Jend. Gatot Subroto No. 10, Jakarta Selatan 12710
Telp (021) 5221683; HP 0813.86.5599

Tidak ada komentar: